Sabtu, 29 Maret 2008

AYANG

ternyata kita bisa mengabiskan waktu berdua, walau tak aku dengarkan desah nafasmu,
terimakasih
gigkhkh

saat embun itu datang tak ingin aku melihatnya pergi, pasti cahaya akan mem

Kamis, 13 Maret 2008

ketika air mata itu jatuh

Ketika air mata itu jatuh,

maka akan tumbuhlah jagung, padi, bunga atau tumbuh sesuatu yang tak berbentuk, ya........... segala sesuatu itu tak akan hilang dari iri kita, bahkan sebelum sebuah yanyian itu lenyap dari pendengaran kita sudah tercipta nada indah yang tidak kita sadari kemudian nada itu membentuk sebuah sitem di otak kita menempel di memori kemudian menjelma menjadi simponi, berulang dan terus berulang


Yanyian dan tangisan tak ada bedanya hanyalah serankian nada yang di putar oleh waktu, atau mungkin hanya sebuah cara untuk melihat langit dan bumi yang kita ciptakan sendiri. Kita itu seperti awan yang selalu ingin menggapai bintang maka tak hentinya menciptakan keindahan di waktu masih siang.


Keindahan bintang membuat awan terlelap dalam ranyuan malam, dan kerinduan sang kodok kepada anak-anaknya atau kepada ibunya yang keduanya tidak dia kenali, . Sepanjang musim dia melantunkan do'a yang sama, hanya begitulah karena tak ada yang dia harapkanlagi, baginya harapan hanyalah surga yang kita ciptakan sendiri dengan batu-batu yang di gali dan disusun sendiri sementara tak mampu membelokkan sungai itu kesurga musim segera berganti, tak mampu melawan waktu, tak juga ada waktu


pincuksullay 13 maret 2008

di Jepara


Minggu, 09 Maret 2008

Senin, 03 Maret 2008

aku mencintaimu

Blog Entryaku mencitaimuFeb 23, '08 6:48 PM
for everyone

Aku mencintaimu

hai diding kamar yang dingin,

kelap-kelip lampu yang menerangi malam, almari yang terbuka tanpa isi

meja tulis yang menjadi irama dalam sepi.

Dengan sebatang rokok aku masuk segala ruang dalam kepalaku,

aku tak menemukanmu,


Kau kemena kekasihku ?

Kini aku rindu





0 comments

SEKEDAR NULIS AJA

Blog Entrysekedar nulis ajaFeb 29, '08 4:24 PM
for everyone
aku melukis senja di atas sebuah kapal yang sedang berlayar menuju horison, sudah teramat jauh aku meninggalkan pantai tapi horison telah bersekutu dengan waktu, dan jingga memang memang datang menggiring camar untuk pulang, tapi dia tak akan mampu mengurung riak gelombang sementara aku saksikan laut meliuk-liuk dengan gemuruh, seperti seekor naga yang kelaparan yang siap untuk menelan rembulan.
sementara aku merasa takut akan kedatanganmu yang begitu deras,
hehe..........
ternyata aku masih bisa tersenyum


SELAMAT TAHUN BARU YAA

Bicara tentang waktu untuk temanku diva dan selamet kedung


Matahari memang tidak jenuh menyapa kita, langit mulai tidak biru lagi beruntung kita lahir sebagai manusia-manusia yang kaya, walau kita tahu waktu adalah jawaban dari pertanyaan yang terucap dan yang tidak sempat terucap bahkan yang malu di ucapkan sekalipun.


Kita tidak pernah menghitung berapa nilai ekonomis yang terbuang dari waktu yang kita gumanakan karena persetubuhan jiwa itu melintasi ruang dan waktu, kita bahagia karena persetubuhan ini kan?, Tuhan pung tersenyum kecil atas kesempurnaan karyanya,


Banyak diantara kita yang tersisih darinya karena mereka ingin punya uang banyak, harta banyak berlimpah, agar bisa hidup santai kalau sudah seperti kita yang tiap hari satai terus apa yang perlu dicari lek, karena kita sudah kaya sebelum mereka, lek?!. Sebagian diantara kita ingin berkuasa merasa mampu untuk memimpin, mengelola mereka merasa dirinya adalah kalifah Tuhan di dunia, mereka salah lek karena yang muncul adalah keserakahan kerakusan, akibatnya mereka adalah bukan kalifah yang menurut Tuhan melainkan (sekelompok celeng ) yang pekerjaannya merusak ladang petani.


Lek kamu percaya nggak kalau waktu itu berjalan melengkung?.

Bukan lurus seperti harapan kita, karena begini lek setiap apa yang kita harapkan di kemudian hasilnya tak seperti yang kita idamkan, bisa seuatu harapan itu telah kita lewati dan kita tidak menyadari, bisa juga kita hanya bersinggungan bukan meraih, kemudian kita merangkak menggapainya lagi capek lek jika harus selalu mengulang. Bukankah lebih asyik menik mati apa yang sekarang kita dapati saat ini ya lek. ALHAMDULILLAH


lek selamat TAHUN BARU

DOKUMENTASI BERITA

Dari Forest Art Festival di Blora (1)

Tak Ubahnya Perkawinan Seni dan Lingkungan

PERANG OBOR: Sebuah pertunjukan seni dari Komunitas Umbul Rembulan Jepara dalam judul "Perang Obor', salah satu atraksi yang turut menyemarakkan Forest Art Festival di Hutan Randublatung Blora, baru-baru ini.(30t) - SM/Wisnu Kisawa

Selama dua hari, 19-20 November, di Hutan Randublatung Blora diselenggarakan Forest Art Festival. Tak hanya sekadar menghadirkan bermacam kesenian mulai dari kesenian rakyat hingga modern, festival tersebut juga membawa serta semangat tentang konservasi lingkungan. Lantas seperti apa dan bagaimana festival itu digelar, berikut laporan wartawan Suara Merdeka, Wisnu Kisawa

MEMASUKI arena yang digunakan untuk menggelar acara Forest Art Festival (FAF), benak seperti dijejali berbagai hal tentang konservasi lingkungan. Dengan mengambil tempat di salah satu kawasan Hutan Randublatung Blora, festival memang tak ubahnya seperti kampanye lingkungan hidup.

Lihat saja ketika kaki belum lagi berada di dalam arena festival, di pintu gerbang telah menyapa berbagai tulisan yang berisi tentang kampanye lingkungan. Tak hanya sekadar menyapa, tulisan-tulisan itu sekaligus menjadi petunjuk atau penerang tentang apa sebenarnya yang akan terungkap di dalam.

Ya, begitu masuk ke dalam, kembali pemandangan serupa akan terlihat. Bahkan di dalam tidak hanya sekadar tulisan, namun juga dengan berbagai bentuk dan ragam sarana visualisasi. Mulai dari karya seni lukis, karya seni pahat, hingga sampai karya seni instalasi yang semuanya berbicara tentang konservasi lingkungan, khususnya lagi tentang hutan.

Itulah di antara sebagian dari pemandangan yang terlihat saat digelarnya acara Forest Art Festival di Hutan Randublatung Blora. Festival yang menghadirkan berbagai macam kesenian mulai dari kesenian rakyat hingga modern tersebut diselenggarakan selama dua hari, Sabtu (19/11) dan Minggu (20/11) lalu.

Adalah Front Blora Selatan (FBS) dan Super Samin Inc, yang menjadi peyelenggara acara festival tersebut. Kedua organisasi itu adalah komunitas yang mewadahi anak-anak muda di wilayah Kabupaten Blora yang selama ini cinta akan budaya (kesenian) sekaligus peduli akan lingkungan.

"Festival ini lahir dari sebuah proses panjang dari teman-teman yang selama ini bergiat pada kepedulian lingkungan hidup. Tak ada tujuan lain dari acara ini, kecuali keinginan mengembalikan sinergitas manusia dan alam. Dan itulah sejatinya maksud dari Forest Art Festival," tutur Exi, salah seorang panitia penyelenggara.

Sementara itu, berbagai kelompok masyarakat atau komunitas turut terlibat dalam gelaran acara tersebut. Bukan hanya datang dari wilayah Blora dan sekitarnya, namun juga dari berbagai kota lain mulai dari Semarang, Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya bahkan juga Australia. Selain masyarakat umum, masyarakat dari berbagai wilayah tersebut hadir dengan bermacam kapasitas. Entah itu sebagai aktivis lingkungan, pegiat dan pelaku seni, atau juga sekadar penikmat seni.

Perkawinan

Lantas mengapa memilih kesenian sebagai sarana untuk menyampaikan pesan tentang konservasi lingkungan? Menurut Exi, alasannya karena hubungan antara seni dan lingkungan sedemikian dekat dan hingga saat ini masih belum terkontaminasi dengan tendensi di luar kepentingan masing-masing.

Demikianlah, selama dua hari siang dan malam, salah satu kawasan Hutan Randublatung itu pun kemudian bagaikan disesaki oleh bermacam sajian pertunjukan kesenian. Puluhan kelompok dan komunitas seni dari berbagai kota hadir dengan menyajikan bermacam bentuk kesenian.

Dari kelompok kesenian rakyat, hadir seni ketoprak, reog, barongan, kadrah yang berbaur dengan kesenian modern macam musik dangdut, band ataupun musik kontemporer. Bauran bermacam seni ini silih berganti mengisi di (tak kurang) lima panggung yang telah disediakan.

Terdapat pula berbagai pameran mulai dari seni lukis, instalasi, pameran foto, hasil seni cetak cukil, pemutaraan film hingga tato. Satu lagi, di sela-sela berbagai gelaran seni tersebut, dilakukan pula kegiatan penanaman sejuta pohon.

Dengan paduan acara yang demikian banyak, maka Hutan Randublatung kemudian terasa begitu hidup oleh lautan seni. Maka, jika menyaksikan bagaimana bermacam seni itu di gelar di antara pepohonan hutan (yang sayangnya sudah mulai gundul), festival pun tak ubahnya seperti "perkawinan" antara seni dengan alam. Ya, perkawinan dalam bayangan konservasi tentu saja.

"Ini memang bisa dikatakan sebuah perkawinan antara alam dan seni. Perkawinan kembali mungkin tepatnya. Betapa hubungan antara seni dan alam yang sejak dulu memang telah begitu erat, kini bisa dirasakan kembali lewat acara ini. Dan hubungan itu juga tidak saling merusak, namun keduanya malah saling mengisi," tutur Exi.

Harapannya kemudian, lewat perkawinan itu semangat tentang konservasi alam bisa diteriakkan sebagai sebuah penyadaran. Khususnya di saat kondisi alam sudah begitu tak bersahabat karena telah mengalami banyak perusakan. Lantas seberapa jauh konservasi itu diperlukan dalam kondisi alam yang sekarang?(29v)


musik bambu EMPUPALMAN

kami lihat Bambu tertiup angin, dia bergerak sebatas kemampuannya untuk lentur mengikuti arah angin, kemudian memantul kembali dengan sekuat energi yang ia terima dari sang angin. Dan datanglah hujan tak kala bambu-banbu tua mulai rapuh terbawa arus air hujan, disitualah dia bertemu, bergesekan dengan tempurung kelapa maka berdialog dalam perjalannya kelaut, tempat segala sesuatu berakhir kemudaian memualai. Laut tak pernah menenggelamkannya walaupun obaknya begitu dahsyat menghantam keberadaanya, tapi begitulah cara laut menyapa segala yang datang kepadanya,


sejauh mata kami memandang, laut hanya temapat terakhir bagi segala yang mengalir kemudian membentuk sebuah kekuatan untuk memulai hal yang baru. Gelomban, karang, ikan-ikan juga sampah yang mengabang diatasnya telah memberi kami banyak pelajaran” tentang hidup” . Akhirnya kami memiliki cara untuk mengungkapkan hidup itu dengan apa yang kami terima dan segala yang kami bisa



....................................Pada sebuah dapur yang mulai di tinggalkan fungsinya oleh pemiliknya juga mulai rapuh karena usia, berusaha membangun sebuah harmoni, mencoba menjadiakn sebauah laut yang disitu juga ada sebuah pelabuan bagi jiwa mulai letih dengan perjalanan, juga mengumpulkan energi mencari pijakan dan melangkah pasti.

Empupalman, mungkin inilah pelabuhan yang di dapur usang itu, atau mungkin juga sebuah laut yang sekaligus tempat pembuangan akhir sampah yang sudah muali sulit dikenali bentuk dan bahannya.

Mocopat disini menjadi Bintang dalam pelayaran kami, paling tidak sekedar tempat berkilah agar kami masih bisa disebut orang jawa, heheee

orang jawa jangan sampai kehilangan jawanya mh............he heeheeehee




Pincuksullay. 05 february 2008, jepara


Sepanjang hari hanya aku menyakisikan matahari tebit dan tenggelam masih masih saja aku lakukan di setiap hari-hariku, aku selalu mersa takut kepada malam, suasana sepinya selalu datang bersama rindu yang tak pernah dapat aku kenali bentuknya.

Rindunya pelangi pada matahari sore setelah hujan turun, heheeeh

Terlalu indah, dan penuh dengan kesniscayaan……

Apakah rindu yang aku rasakan seperti yang dirasakan oleh bunga jagung saat menunggu angin yang tak kunjung tiba hingga tanah tempat tumbuhnya mengering karena musim telah menuju kemarau, bukan seperti itu rinduku

Kawan, apakah kamu tahu kamu tahu ?

Tak ada jawaban hari ini,

teman membinuh waktu

Bu......,
Aku rindu aroma padi, sudah begitu jauh angin membawanya pergi bersama gemersik daunnya,
hujan tak lagi menjadi kabar gembira bagi bapak, “Tak ada bedanya” katanya
sering hujan itu mengeluh denganku kenapa harus kerasnya aspal yang dia sirami, itu membuatnya merasa sakit, hujan tak pernah bercita-cita menjadi pesakitan, tak ada maksud menenggelamkan keramian kampung, tak pernah dia bersekutu dengan badai, topan, puting beliung bahkan dengan siulan dari sekelompok anak yang bermain layang-lanyang di deret-deret gang sempit perkampungan. Kenapa hanya gedung-gedung pencakar langit yang tumbuh subur, bukan pohon jambu, bukan pohon durian, bahkan sebutir kacang ijo kesulitan untuk menjadi sebatang kecambah,
Ini tho yang sebut perubahan jaman, merubah senyum dan keramahan pasar dengan robot robot cantik berseragam, Yang mana dari mulutnya hanya bisa mengucapkan Terima kasih, Ada yang bisa saya bantu?. Manusia yang di lahirkan dari perkawinan angka-angka dan monopoli, mereka melangkah dengan dengan hetak suara kaki yang keras membuat takut sepasang kupu-kupu untuk sekedar tegur sapa, sol sepatunya keras mematikan setiap rumput yang di lewatinya.
Bu...,
Apakah betara kala memang sudah melahab habis Rembulan, karena waktu datang gerhana kita terlalu asik nonton telenovela, kita lupa membunyikan lesung, kenthongan, lupa membangunkan tetangga, saudara, pohon-pohon dan sgala sesuatau yang kita anggap hidup. Betara kala itu siapa tho bu........?
Aku jadi kehilangan gelak tawa sekelompok bocah di waktu purnama yang sedang bermain jobak sodor, jamuran dan aku memang sudah tidak mengingatnya lagi,
Sebentar lagi matahari tenggelam. aku menjadi takut kehilangan cahaya sementara aku belum siapkan tongkant untuk menatih jalanku, malam apakah kamu akan membunuhku dalam ruang kosong tanpa gerak perlawannanku, izinkan aku mencium aroma mawar atau mungkin aroma cendana yang terbakar dari tungku dupa paling tidak izinkan aku mendengar suara kidung nyayian belalang memuja khaliqnya, aku ingin mengikuti gerak bibirnya hingga aktu tertidur dan terjaga di pangkuanmu bu,
aku sungguh takut dengan kata sepi, sementara hari hanya bisa menulis sepi............,

20. february 2008, jepara
pincuksullay

Dr. Utami Terimaksih telah menemaniku membunuh waktu,
















aku mencintaimu

Aku mencintaimu

hai diding kamar yang dingin,

kelap-kelip lampu yang menerangi malam, almari yang terbuka tanpa isi

meja tulis yang menjadi irama dalam sepi.

Dengan sebatang rokok aku masuk segala ruang dalam kepalaku,

aku tak menemukanmu,


Kau kemena kekasihku ?

Kini aku rindu


the journey

aku melukis senja di atas sebuah kapal yang sedang berlayar menuju horison, sudah teramat jauh aku meninggalkan pantai tapi horison telah bersekutu dengan waktu, dan jingga memang memang datang menggiring camar untuk pulang, tapi dia tak akan mampu mengurung riak gelombang sementara aku saksikan laut meliuk-liuk dengan gemuruh, seperti seekor naga yang kelaparan yang siap untuk menelan rembulan.
sementara aku merasa takut akan kedatanganmu yang begitu deras,
hehe..........
ternyata aku masih bisa tersenyum